Ruang dan waktu menjadi fondasi utama dunia ini. Keduanya pun jadi sumber kekuatan yang besar. Namun, tak satupun mantera yang mampu memanfaatkan kekuatan ruang dan waktu. Hanya Andura Stone yang dapat menampung kekuatan ruang dan waktu.

Dengan tujuan merengkuh kekuatan inin, pendahulu Murad bertualang hingga ke gurun demi mencari pecahan batu Andura. Mereka mampu memperdaya Azzen'Ka dan mendapatkan pecahan batu itu. Mereka menggunakannya untuk menempa sebuah senjata yang begitu kuatnya hingga mampu memanipulasi ruang dan waktu, dan berhasil membangun kerajaan baru di tengah gurun berkat kekuatan yang mereka miliki.

Saat Murad beranjak dewasa, dia mewarisi senjata itu dari ayahnya dan secara resmi menjadi sang penerus. Dia memimpin pasukan kerajaan di banyak ekspedisi, membasmi makhluk-makhluk berbahaya dan memperluas kerajaannya. Hal ini akhirnya membawa ancaman bagi Azzen'Ka yang merasa murka setelah mengetahui rahasia kekuatan senjata Murad. Namun Murad sama sekali mengacuhkan Azzen'Ka. Selama ada senjata itu di genggamannya, Azzen'Ka tak akan mampu melukainya.

Azzen'Ka dipaksa untuk berunding dengan Murad, dan pasrah menghadapi tuntutan sang pangeran. Murad dengan senang hati menerima kebersediaan musuhnya untuk menyerah, dan melewatkan peluang emas untuk melenyapkan potensi bahaya bagi kerajaan untuk sekarang dan selamanya. Tak ada kekuasaan yang abadi, dan Azzen'Ka begitu memahaminya. Diam-diam, dia menjadi dalang sejumlah krisis yang memaksa Murad menggunakan senjatanya demi melindungi kerajaannya yang rapuh.

Penggunaan kekuatan yang berlebihan mengikis kekuatan Batu Andura dan, tak kuasa menanggung beban kekuatan, senjata itu menciptakan celah hingga kekuatan ruang dan waktu yang ditampungnya pun merembes keluar. Fenomena ini pun turut melemahkan daya tarung Murad, dan Azzen'Ka memanfaatkan kesempatan yang ada dengan menciptakan badai pasir yang memporak porandakan kerajaan yang dulunya megah itu. Sisa kekuatan yang dimiliki senjata itu hanya cukup untuk melindungi Murad saja, dan setelah mendengar permohonan sang ayah, Murad pun dengan berat hati menyelamatkan diri.

Namun bukan berarti dia menyerah. Dia menyembunyikan wajahnya yang rupawan dan menjadi pengelana gurun, mencari cara untuk memperbaiki senjatanya seraya mengumpulkan kekuatan untuk melawan Azzen'Ka. Murad begitu yakin bahwa selama senjatanya masih ada, suatu hari dia pasti dapat menyingkirkan Azzen'Ka dan mengembalikan kemahsyuran dan kejayaan kerajaannya.